Pernahkah kalian berada dipersimpangan jalan? memikirkan banyak spekulasi yang tidak pasti? takut dalam membuat keputusan karena konsekuensi yang dihasilkan?
Diantara kita mungkin pernah ya,, termasuk saya. Dan rasanya sungguh tidak enak. Dalam bekerja, belajar, berkeluarga, atau dalam menjalani hidup seorang diri pun seringkali menemui sebuah dilema dan perasaan pelik.
Ketakutan manusia dalam menentukan sebuah pilihan secara kodrati memang dimaklumi. Dengan segala keterbatasannnya, manusia dilahirkan dengan membawa sikap yang apatis dan cenderung stagnan ketika kondisi yang dirasakannya sudah memenuhi ekspektasi diri kita (walau tidak semua orang seperti itu).
Kebanyakan memang demikian. Namun, ketika kita sedang dipersimpangan jalan, apakah kita masih harus memakai lcara berpikir seperti itu walau secara lahiriah manusia memang memiliki sifat itu? jawabannya tentu tidak...! Bisa ya bisa tidak...atau Ya? Semuanya terserah kepada kalian.
Hidup memberikan pelajaran kepada kita bahwa setiap kita menemui hal-hal baru dalam kehidupan kita adalah sebuah proses dari memilih dari berbagai pilihan. Sederhananya, apa yang kita jalani dan syukuri sampai dengan saat ini adalah bagian dari pilihan yang kita ambil secara sadar atau tidak sadar.
Seiring bergulirnya waktu, kualitas pilihan kita harusnya juga semakin baik dan mampu memberikan kebaikan bagi diri kita. Kita tidak lagi terpatri dalam satu zona aman yang kalau kita melangkah terlalu jauh akan tersesat. Kita tidak boleh berpikir lagi kalau kita berada dalam situasi yang memuaskan, kita tidak perlu lagi untuk menaikkan kualitas hidup kita.
Dilema dan pelik adalah sikap resisten sesaat ketika kita memasuki fase memilih. Terlepas dari apa yang akan terjadi nanti, Tuhan telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bahwa sebuah dilema dan perasaan pelik adalah anugrah Tuhan untuk mendewasakan manusia. Bahwa hidup itu adalah memilih dan dipilih. Hidup adalah mengejar atau dikejar. Hidup itu menaklukkan atau ditaklukkan. dan Hidup itu sendiri atau bersama. Semua tergantung dari pilihanmu.
Semoga kita selalu dapat menyikapi sebuah dilema dan pelik dengan kualitas yang baik. Baik dalam arti untuk semua orang, tidak hanya baik untuk diri kita sendiri. Itu namanya egois. Kita harus berangkat dengan sebuah pemikiran bahwa ketika kita ingin mendapatkan yang terbaik, kita juga harus siap dengan kemungkinan yang terburuk.
Pada akhirnya, sebuah keputusan di dalam hidup kita sejatinya tidak ada yang buruk, karena Tuhan kadang ingin kita melakukan sebuah kesalahan terlebih dahulu dalam proses memilih, sebelum kita mendapatkan kebahagiaan dari kesalahan kita. Pilihan yang benar itu tidak semuanya mendatangkan sebuah kebaikan dan kebahagiaan. Begitupun dengan pilihan yang salah itu tidak semuanya mendatangkan kesedihan. Tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Diantara kita mungkin pernah ya,, termasuk saya. Dan rasanya sungguh tidak enak. Dalam bekerja, belajar, berkeluarga, atau dalam menjalani hidup seorang diri pun seringkali menemui sebuah dilema dan perasaan pelik.
Ketakutan manusia dalam menentukan sebuah pilihan secara kodrati memang dimaklumi. Dengan segala keterbatasannnya, manusia dilahirkan dengan membawa sikap yang apatis dan cenderung stagnan ketika kondisi yang dirasakannya sudah memenuhi ekspektasi diri kita (walau tidak semua orang seperti itu).
Kebanyakan memang demikian. Namun, ketika kita sedang dipersimpangan jalan, apakah kita masih harus memakai lcara berpikir seperti itu walau secara lahiriah manusia memang memiliki sifat itu? jawabannya tentu tidak...! Bisa ya bisa tidak...atau Ya? Semuanya terserah kepada kalian.
Hidup memberikan pelajaran kepada kita bahwa setiap kita menemui hal-hal baru dalam kehidupan kita adalah sebuah proses dari memilih dari berbagai pilihan. Sederhananya, apa yang kita jalani dan syukuri sampai dengan saat ini adalah bagian dari pilihan yang kita ambil secara sadar atau tidak sadar.
Seiring bergulirnya waktu, kualitas pilihan kita harusnya juga semakin baik dan mampu memberikan kebaikan bagi diri kita. Kita tidak lagi terpatri dalam satu zona aman yang kalau kita melangkah terlalu jauh akan tersesat. Kita tidak boleh berpikir lagi kalau kita berada dalam situasi yang memuaskan, kita tidak perlu lagi untuk menaikkan kualitas hidup kita.
Dilema dan pelik adalah sikap resisten sesaat ketika kita memasuki fase memilih. Terlepas dari apa yang akan terjadi nanti, Tuhan telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bahwa sebuah dilema dan perasaan pelik adalah anugrah Tuhan untuk mendewasakan manusia. Bahwa hidup itu adalah memilih dan dipilih. Hidup adalah mengejar atau dikejar. Hidup itu menaklukkan atau ditaklukkan. dan Hidup itu sendiri atau bersama. Semua tergantung dari pilihanmu.
Semoga kita selalu dapat menyikapi sebuah dilema dan pelik dengan kualitas yang baik. Baik dalam arti untuk semua orang, tidak hanya baik untuk diri kita sendiri. Itu namanya egois. Kita harus berangkat dengan sebuah pemikiran bahwa ketika kita ingin mendapatkan yang terbaik, kita juga harus siap dengan kemungkinan yang terburuk.
Pada akhirnya, sebuah keputusan di dalam hidup kita sejatinya tidak ada yang buruk, karena Tuhan kadang ingin kita melakukan sebuah kesalahan terlebih dahulu dalam proses memilih, sebelum kita mendapatkan kebahagiaan dari kesalahan kita. Pilihan yang benar itu tidak semuanya mendatangkan sebuah kebaikan dan kebahagiaan. Begitupun dengan pilihan yang salah itu tidak semuanya mendatangkan kesedihan. Tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar