Kamis, 22 Desember 2011

Dahlan Iskan Untuk RI 1 Tahun 2014

Udara dan langit Kota Bogor pagi ini (Jumat, 23 Desember 2011) terasa hangat dan cerah. Kereta ekonomi yang saya naiki berjalan cepat karena keterlambatan jadwal dari biasanya. Suasana tampak biasa saat saya tiba di stasiun Bogor. Dengan langkah kaki agak cepat, saya langsung mencari angkot menuju Terminal Barangnangsiang. Sampai di Istana Bogor, dari kaca angkot saya mendapati kesibukan di sekitar istana. Para penjaga dan pegawai tambak sibuk mempersiapkan hajatan besar hari ini. Singkat cerita, ternyata hari ini Pak SBY akan mengadakan rapat Kabinet.

Sampai di Terminal Baranangsiang, hiruk pikuk terasa berbeda dari biasa. Pak Polisi jumlahnya lebih banyak dari biasanya. Disepanjang jalan Padjajaran Bogor, Pak Polisi dengan rompi warna hijau bermotif garis putih sibuk meniup peluit agar jalan raya lancar. Bersama dengan petugas DLLAJ Kota Bogor, para pelayan masyarakat ini tidak henti-hentinya mengatur kendaraan agar jalanan tidak macet.

Puncaknya, ketika iring-iringan rombongan menteri mulai memasuki jalan raya menuju istana Bogor, semua jalan disterilkan. Tidak terkecuali lalu lintas keluar masuk bus di terminal Baranangsiang. Para supir dan penumpang mulai gelisah karena mereka tertahan cukup lama di dalam terminal. Pak Supir tidak berani menerobos karena Pak Polisi belum memberikan ijin keluar bagi bus yang saya naiki.

Para penumpang mulai melihat jam tangannya masing-masing. Sumpah serapah dan tarikan nafas panjang mulai terdengar dari penumpang disamping saya. Rombongan menteri tidak kunjung tiba walau penumpukan bus yang akan keluar dari terminal mulai mengular. Selang beberapa lama, rombongan itu pun melewati terminal. Dengan bangga iring-iringan ini “ngacir” tanpa hambatan. Layaknya juragan, mobil Toyota Camri warna hitam itupun menghilang selang seperempat menit.

Hanya memastikan mereka hadir tepat waktu di Istana Bogor, rombongan para menteri ini mengorbankan kepentingan masyarakat luas. Apalagi jika Pak SBY melewati bus yang saya naiki, bisa telat sampai kantor saya dan penumpang lain. Dan benar saja, selang beberapa menit ketika bus yang saya naiki sudah memasuki gerbang tol Ciawi, rombongan Presiden dan Wakil Presiden terlihat mengular. Sirine dan beberapa mobil pengawal berada di depan, samping, dan belakang sang Presiden. Jalan raya Padjajaran pun pastinya kembali ditutup karena yang lewat bukan lagi menteri, tapi bosnya menteri alias Presiden.

Apa yang saya ceritakan ini hanya sebuah reaksi dari betapa eksklusifnya para pejabat di negeri ini. Protokoler kenegaraan, khususnya pengaman, seringkali mengorbankan kepentingan banyak orang. Celakanya, tabiat “para penggede” ini terus dilakukan dan menular kepada pejabat daerah. Memang kita tidak dapat menyamakan semua pejabat di negeri ini memili tabiat untuk dilayani dari pada melayani. Namun, kenyataannya demikian. Contoh lain ketika Pak SBY menikahkan putranya dengan kolega menterinya di Istana Cipanas. Kemacetan dan rentetan masalah timbul sangat banyak. Mulai dari penutupan tol Ciawi, penutupan sekolah dasar, kemacetan dsb. Inilah potret penggede negeri ini.

Mereka harus selalu rapi, keren, kaku, seremonial, protokoler hanya untuk melakukan rapat di Istana Bogor! Entah apa yang dirapatkan hari ini, namun buat saya, dan masyarakat pada umumnya, pejabat penggede ini jangan membuat masalah baru lagi ketika mereka belum mampu menyelesaikan masalah besar dan mendasar negeri ini.

Pastinya, kita butuh pemimpin yang mau merasakan apa yang kita rasakan. Kita ingin pemimpin yang mau berpanas-panasan di dalam gerbong kereta untuk bersama-sama menuju kantor kita masing-masing. Kita ingin menteri yang ikut menikmati kemacetan yang semakin lama semakin mengular. Dan pagi ini kita mendapati satu teladan dari pemimpin Ini. 

Di salah satu portal berita, Bapak Dahlan Iskan diwartakan naik kereta commuter line ketika hendak ke Istana Bogor. Ketika para menteri lain dengan gaya “penggedenya” naik mobil mewah dan menimbulkan masalah disepanjang perjalanan, dengan santai menteri BUMN ini menggunakan moda transportasi kereta rel listrik. Ketika para pejabat PT KAI tidak pernah  kita temui di lorong gerbong kereka ekonomi yang selalu penuh setiap hari, Pak Dahlan sudah mencoba untuk berinteraksi dengan para penumpang dan masyarakat, walaupun kali ini yang dinaiki adalah kereta perpendingin AC. Walau hanya dengan senyuman dan tegur sapa, hal ini bentuk keseriusan dari beliau untuk mengabdi tanpa embel-embel protokoler.

Sebagai menteri, Pak Dahlan juga tidak ragu untuk "jajan" sarapan di pinggir stasiun Bogor. Mie kuning menjadi santapan favorit Pak Dahlan untuk mengisi perutnya sebelum rapat kabinet dimulai. Dalam warta berita, Pak Dahlan bahkan sempat meracik sendiri Mie Soto Kuning pesanannya. Karena enaknya, beliau sampai nambah dua mangkuk Mie Soto Kuning. Lapar ya Pak?

Kita bangga dan patut mengapresiasi gaya kepemimpinan beliau. Inilah bentuk kepekaan seorang pemimpin untuk memastikan apa yang sudah mereka capai dan apa yang mesti diperbaiki. Kesimpulannya, dengan menaiki kereta commuter line, kita berharap Pak Dahlan bisa menyentil para direksi PT KAI agar kelayakan dan kenyamanan commuter line ditingkatkan lagi.

Memang kalau kita lihat, apa yang dilakukan Pak Dahlan sebenarnya biasa saja. Menjadi luar biasa karena mungkin ini pertama kali seorang menteri pergi sendirian dengan menggunakan kereta rel listrik tanpa didampingi ajudan dan pengawal seperti di televisi. Dan tujuannya tidak tanggung-tanggung, rapat kabinet dengan Pak SBY dan kolega teman menteri lainnya. Inilah bentuk contoh kepemimpinan yang kita cari di tengah degradasi kesantunan dan ketulusan para elit dan pemangku kebijakan negeri ini. Bosan! kata itu yang selalu menghinggapi mata dan telinga masyarakat ketika disuguhkan berbagai berita korupsi, penyalahgunaan jabatan, money politic, hedonisme para wakil rakyat, persekongkolan elit politik tingkat tinggi, sampai perselingkuhan asmara wakil rakyat. 

Kita berharap, suatu hari akan ada Dahlan Iskan lain yang selalu memberikan senyum kepada para penumpang kereta. Kita berharap, ada Dahlan Iskan lain yang berjalan sendiri, serta mengecek permasalahan di lapangan tanpa ada bisikan dari para ajudannya. Jika menteri lain ikut turun lapangan dan merasakan apa yang masyarakat rasakan, saya yakin mereka melakukan yang terbaik untuk kenyamanan dan pelayanan kepada masyarakat. Sayang, pagi ini saya tidak bertemu Pak Dahlan di kereta atau di stasiun Bogor. Meski demikian, berita tentang beliau pagi ini membuat saya terkejut dengan gaya kepemimpinan beliau. Rekomendasi dari saya, jika Pak Dahlan Iskan ikut mencalonkan diri menjadi Presiden tahun 2014, saya tidak ragu untuk memilih beliau. Terus semangat Pak! Benahi negeri ini dengan ketulusan dan keseriusan mengabdi untuk masyarakat.