Jumat, 09 April 2010

Anonim Untuk Dia

Ada dua serigala dalam setiap diri manusia…
Benci dan Cinta…
Keduanya bertarung memperebutkan kekuasaan jiwa
Keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk menang
Tinggal bagaimana kau memberi makan kepada dua serigala itu…

Kau tahu…
Manusia memiliki kedengkian dalam cintanya
Manusia memiliki rasa dalam amarahnya
Manusia memiliki yakin dalam bimbangnya
Manusia memiliki nurani dalam bengisnya

Sulit untuk kuucapkan
Selamat tinggal lagi
Sebab mungkin aku kan kembali
Mungkin benci, mungkin sayang
Di saat kita terpisah
Kadang hanya kau lah mimpiku
Bermimpi kita telah menaklukkan serigala malam

Dan,
Di dalam hatiku
Kurasa masih ada ragu pada dirimu
Di dalam jenuhku masih ada dalam hati
Kasihku padamu

Ini perjalanan panjang…
Kau tahu, ini akan selalu panjang…sepanjang pertanyaan kita pada malam
Di sepanjang pertarungan serigala benci dan cinta
Di Dunia kita…tempat dimana serigala itu bertarung
Memperebutkan kekekalan hati dan jiwamu

Sampai kau tahu..
bahwa serigala itu telah lelah bertarung untukmu
Sekedar memperebutkan makanan darimu…
Untuk benci dan cinta..

Senin, 05 April 2010

Kopi Pahit di Awal April

Kau tidak perlu tahu sayang ini...
cukuplah kau rasakan, hingga nanti kau akan tahu bahwa dirimu adalah dunia kecil untuk orang yang menyayangimu....

Inilah Cinta

Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika
wanita muda berpenampilan menarik dan bertongkat putih
itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar
sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia
berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang
tadi
dikatakan kosong oleh si sopir. kemudian ia duduk,
meletakkan tasnya dipangkuannya dan menyandarkan
tongkatnya pada tungkainya.
Setahun sudah lewat sejak Susan menjadi buta.
Gara-gara salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya
dan terlempar kedunia yang gelap gulita, penuh amarah,
frustrasi dan rasa kasihan pada diri sendiri.
Sebagai wanita yang independen, Susan merasa terkutuk
oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan
kemampuan, merasa tak berdaya dan menjadi beban bagi
semua orang disekelilingnya.
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?" dia
bertanya-tanya, hatinya mengeras karena marah. Tetapi.
betapapun seringnya ia menangis atau menggerutu atau
berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu --
penglihatannya takkan pernah pulih lagi.
Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu
optimis. Mengisi waktu seharian kini merupakan
perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya
frustrasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark,
suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia
mencintai Susan dengan tulus.
Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia
melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan.
Mark bertekad untuk membantunya menemukan kembali
kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan
untuk menjadi mandiri lagi. Latar belakang militer
Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai
situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah
pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.
Akhirnya Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi,
bagaimana dia akan bisa ke kantornya? Dulu Susan biasa
naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke
kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya
setiap hari, meskipun tempat kerja mereka terletak
dipinggir kota yang berseberangan.
Mula - mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan
Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta,
yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling
sederhana sekalipun. Tetapi, Mark segera menyadari
bahwa pengaturan itu keliru membuat mereka
terburu-buru,
dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi,
Mark menyimpulkan dalam hati. tetapi, baru berpikir
untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah
membuatnya merasa tidak enak.
Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah.
Bagaimana reaksinya nanti? Persis seperti dugaan Mark,
Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi.
"Aku buta!" tujasnya dengan pahit. "Bagaimana aku bisa
tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan
meninggalkanku" Mark sedih mendengar kata-kata itu,
tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji
bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama
Susan, selama masih diperlukan, sampai Susan hafal dan
bisa pergi sendiri.
Dan itulah yang terjadi. Selama 2 minggu penuh Mark,
menggunakan seragam militer lengkap, mengawal Susan ke
dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari
Susan bagimana menggantungkan diri pada indranya yang
lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana
ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan
yang baru.
Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan
sopir-sopir bus dan menyisakan 1 kursi kosong
untuknya. Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada
hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan
tersandung
dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di
lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama -
sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya.
Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan
daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal
waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark
percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu
dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan
penglihatannya; wanita
yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun
dan tidak akan pernah menyerah.
Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk
melakukan perjalanan itu seorang diri. Tibalah hari
senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk
Mark yang pernah menjadi kawannya 1 bus dan sahabatnya
yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata
syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia
mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya
mereka pergi kearah yang berlawanan.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis ... Setiap hari dijalaninya
dengan sempurna. Belum pernah Susan merasa sepuas itu.
Dia berhasil ! Dia mampu berangkat kerja tanpa
dikawal. Pada hari Jum'at pagi, seperti biasa Susan
naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar ongkos
bus sebelum turun, sopir bus itu berkata :"wah, aku
iri padamu". Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara
kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang bisa iri
pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu
berusaha menemukan keberanian untk menjalani hidup?
Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir, "Kenapa
kau bilang kau iri kepadaku?" Sopir itu menjawab, "Kau
pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti
itu". Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu.
Sekali lagi dia bertanya."Apa maksudmu?" Kau tahu
minggu kemarin,
setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer
berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun
dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan
selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke
kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi
hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang
beruntung". kata sopir itu.
Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun
secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa
memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat
beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang
jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang
tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk meyakinkan
diri -- hadiah cinta yang bisa menjadi penerang
dimanapun ada kegelapan.

Sip50