Senin, 06 Juli 2009

Demokrasi Utopia

Demokrasi Utopia

Demokrasi menyajikan banyak cerita dalam perjalanan bangsa kita. Ideology ini bukan hanya menjadi perekat kedaulatan bangsa Indonesia, namun juga digadang-gadang sebagai symbol kebesaran bangsa kita di percaturan dunia. Menarik melihat demokrasi yang sedang tumbuh di negeri ini. Sebagai sebuah ideologi, rakyat menaruh harapan besar kepada “demokrasi” sebagai sebuah solusi dalam menjalani kerasnya hidup. Namun, apakah benar demokrasi sudah menolong bangsa ini untuk mencari harga dirinya? Apakah demokrasi sudah menjawab pertanyaan rakyat mengenai pengentasan kemiskinan?

Faktanya bangsa ini masih jalan di tempat. Demokrasi sepanjang perjalanan bangsa ini lebih dimaknai sebagai demokrasi yang utopis. Sebuah ideologi yang hanya menyajikan keindahan dan pakem yang normatif. Selayaknya sebuah ideologi, kita menginginkan demokrasi bisa menjadi jawaban atas permasalahan ekonomi, social dan pokitik. Pergulatan demokrasi yang selalu terpasung dalam ranah politik, tampaknya masih kita saksikan sampai dengan hari ini. Atas nama amanat penderitaan rakyat, elit bangsa selalu berlindung dari indahnya demokrasi.

Rakyat menantikan bagaimana demokrasi larut dalam kebisingan suara deru bus umum. Kita menantikan kecantikan demokrasi dalam sebuah kekalahan. Saya menginginkan demokrasi ada dan selalu ada dalam persoalan saya. Tapi, kemana demokrasi itu? Dia masih sembunyi dalam utopia oligarki. Demokrasi masih sulit dijangkau karena dia terlalu “jaim” untuk menemui pemujanya. Apa yang salah dengan system bangsa ini? Apakah dengan menyandang Negara ketiga terbesar di dunia dalam mengimplemensikan demokrasi sudah cukup bagi kita?

Entahlah…yang pasti demokrasi sering ditabrak oleh sebagian orang. Yang jelas demokrasi belum menjadi jawaban ketika individu menghadapi demokrasi itu sendiri. Dia hanya datang dan pergi setiap lima tahun sekali. Dan akan datang pada lima tahun yang akan datang dengan warna dan cerita yang sama kuang lebih…

Sip50@yahoo.com